DRIVER _    . GALERY _    . BADMINTON _ . MyEnglish_TOEFL       .

Terapi Kesehatan dengan Ikan

Rabu, 21 Oktober 2009


Terapi ikan (Fish Pedicure) sekarang ini kian menjadi kebutuhan. Kebanyakan orang menggemarinya karena dapat membantu menghilangkan stres bahkan menurunkan tekanan darah.

Saat ini, salah satu relaksasi yang banyak digemari adalah Terapi Dr Fish atau Fish Pedicures. Meski baru dikenal di Indonesia, telah menjadi tradisi lama di sebagian negara, seperti China.

Terapi Dr Fish ini baru diperkenalkan selama tiga bulan di pusat relaksasi The Water Foot Reflexology, kompleks ruko Klampis Square, Surabaya. Metode Fish Pedicures yang digunakan adalah beberapa bagian tubuh Anda akan “dipatok” ikan. Intinya, terapi ini menggunakan ikan yang mirip mujair. Panjangnya tidak lebih dari 4 cm atau kira-kira sebesar jari kelingking orang dewasa. Garafura, demikian nama ikan yang hidup mulanya hidup di air laut kemudian dipindahkan dalam kolam air tawar.

Sedikitnya 1.000 ekor ikan garafura (Fish Pedicure) yang diceburkan ke kolam terapi berukuran 3×3 meter berlantai keramik biru itu. Bila dilihat dari atas kolam, ribuan ikan garafura yang berkelompok itu mirip dengan kumpulan ribuan lintah yang sedang melenggak-lenggok di tepi kolam.

Manajer The Water Foot Reflexology Fonny Herlina mengatakan, terdapat 12 jenis ikan garafura ini (Treat Fish), tapi yang digunakan untuk menerapi pasiennya, biasanya jenis chinchin yang diimpor dari China.

Garafura, Fonnya menyebutkan, termasuk jenis ikan (Treat Fish)yang berkarakter agresif sehingga kaki-kaki yang nyemplung dalam kolam maksimal berkapasitas empat orang ini langsung diserbu dengan ikan. Jumlahnya sangat banyak, hingga tidak terhitung berapa ikan yang mematuk kaki Anda.

Saking banyaknya, mereka bergerombol dalam satu titik, ubin kolam di sudut itu sampai tidak tampak lagi, tertutup oleh tubuh hitam ikan (Fish Treat) yang sangat agresif itu. Mungkin gerombolan ikan tersebut sudah tidak sabar untuk mematuk kaki Anda sebagai santap siang mereka.

Dalam keagresifan mereka, tidak sampai dua detik, kaki yang dicelupkan ke kolam langsung diserbu dan dipatuki ribuan garafura (Fish Treat) yang rakus itu. Rasanya seperti tersengat arus listrik kecil atau kesemutan.

Nah, itu karena ribuan ikan (Treat Pedicure) sedang memakan kulit mati pada kaki. Seperti pada kaki yang kalus (kapalan) dan kutu air. Sehingga, jangan kaget jika Anda baru pertama kali mencobanya, melihat ribuan ikan yang melesat laksana lintah itu memang sedikit menakutkan. Namun, jangan segera buruburu melompat dari kolam. Pasrah saja. Begitu kulit dipatuki ribuan ikan (Treat Pedicure), sensasi kenikmatan laksana dipijat pun mulai menjalar.

Kendati dipatuk ribuan garafura, tidak sedikit pun rasa sakit atau perih terasa di sekujur kulit. Yang ada hanya sensasi geli (Pedicures Treat) kala garafura mematuki sel kulit mati dan parasit yang menempel di sekujur tubuh. “Tidak sakit, yang penting harus tahan geli,” kata wanita kelahiran Surabaya, 5 Juli 1981 itu.

Merendam kaki dalam kolam air yang telah berisi ikan memberi sensasi baru (Pedicures Treat) yang memadukan air dan gigitan ikannya. Namun, perlu diingat, terapi ini tidak boleh lebih dari 30 menit. Pasalnya, bila terlalu lama berendam di air, kulit akan melunak.

Patukan ikan juga merangsang terbukanya simpul simpul syaraf dan peredaran darah. Imbasnya, badan menjadi rileks dan segar.

Sumber: lifestyle.okezone.com
READ MORE - Terapi Kesehatan dengan Ikan

JENIUS DAN GILA BEDA TIPIS

Senin, 05 Oktober 2009

Sejauh mana batasan antara kejeniusan dan kegilaan? 

Baru-baru ini ilmuwan menemukan batasannya sangat tipis karena berbagi gen yang sama.
Para psikolog menemukan bahwa orang-orang kreatif memiliki gen yang sama dengan gen yang menyebabkan psikosis dan depresi. Mereka percaya bahwa temuan ini dapat menjelaskan mengapa jenius seperti Vincent van Gogh dan Sylvia Plath memiliki perilaku destruktif.
Gen yang dinamakan neuregulin 1, memiliki peranan dalam perkembangan otak, namun varian itu juga berhubungan dengan penyakit mental seperti skizofrenia dan gangguan bipolar.
Peneliti dari Universitas Semmelweis di Hungaria merekrut kelompok relawan yang menganggap diri mereka sangat kreatif dan sudah mencapainya.
Untuk mengukur kreativitas, para relawan diminta untuk menanggapi serangkaian pertanyaan yang tidak biasa. Sebagai contoh: "Jika awan memiliki kawat yang tergantung, apa yang akan menggantung turun ke bumi. Apa yang akan terjadi?"
Mereka dinilai berdasarkan originalitas dan fleksibilitas jawaban mereka. Para relawan juga menyelesaikan kuesioner mengenai prestasi kreatif mereka seumur hidup, sebelum peneliti mengambil sampel darah.
Laporan menyimpulkan, hasil penelitian menunjukkan hubungan yang jelas antara neuregulin 1 dan kreativitas. "Relawan dengan varian khusus dari gen ini cenderung memiliki skor yang lebih tinggi pada penilaian kreativitas dan juga memiliki prestasi kreatif dalam hidup yang lebih besar dibanding sukarelawan dengan bentuk gen yang
berbeda."
Kepala peneliti Dr Szabolcs Keri mengatakan bahwa hal itu adalah studi pertama yang menunjukkan bahwa varian genetik berhubungan dengan psikosis dan beberapa fungsi bermanfaat lainnya.
"Faktor-faktor molekular yang terkait dengan gangguan mental berat, tapi terkandung dalam tubuh orang sehat, mungkin memiliki keuntungan berpikir lebih kreatif," katanya. Studi ini di terbitkan dalam jurnal Psychological Science.[ito]
READ MORE - JENIUS DAN GILA BEDA TIPIS

Simpatisan